Minggu, 17 Februari 2008

Hadiah dan Keuntungan

Mengemas Hadiah, Meraup Untung

Bisnis kado perusahaan (corporate gift) makin dibutuhkan, tak terkecuali di masa krisis. Michael Gan dan Steve Lie melihat peluang ini dan membuatnya menjadi bisnis utama PT Multiharapan Sukses Makmur. Kini mereka juga telah masuk ke Singapura dan Malaysia.

Pernah mendapatkan hadiah (gift) dari perusahaan? Sudah makin lazim perusahaan-perusahaan besar memberikan hadiah bagi pelanggan atau mitra usahanya berupa jam (jam saku, jam tangan, atau jam meja), kalkulator, bolpoin, gantungan kunci, dan sebagainya, yang semuanya dilabeli nama perusahaan pemberi. Kalau ya, ketahuilah bahwa hampir pasti gift itu hasil karya PT Multiharapan Sukses Makmur. "Hingga kini, baru kami satu- satunya perusahaan yang khusus bergerak di bidang corporate gift ini," ungkap Steve Lie, direktur Multiharapan. Saat itu, sekitar pertengahan tahun 1997, Steve Lie dan Michael Gan (CEO dan chairman Multiharapan) menangkap sebuah peluang bisnis baru yang menjanjikan. Itulah bisnis yang bergerak di bidang penyediaan hadiah insentif (incentive gift) perusahaan kepada para pelanggan atau konsumennya. Pada waktu itu, menurut Michael dan Steve, belum ada satu perusahaan pun yang menggarap lahan tersebut.

Biarpun saat itu badai krisis lagi kencang melanda Indonesia, mereka tetap berkukuh untuk segera memulainya. Ada keyakinan dalam diri mereka bahwa meskipun krisis, tetap saja ada perusahaan yang membutuhkan barang-barang promosi (promotion items). Apalagi mereka mengetahui bahwa di Jakarta belum ada perusahaan yang mengkhususkan diri di sektor ini. Kalaupun ada yang sudah lebih dahulu beroperasi, tetapi skalanya masih terlalu kecil. "Akibatnya, mereka selalu terbentur ketika ada pesanan incentive gift dalam jumlah besar. Mereka tidak punya stok barang dan jangka pemesanannya minimal 1,5 bulan sebelumnya," urai Steve.

Dari hasil "riset" pasar ini, mereka berdua kemudian mendirikan PT Multiharapan Sukses Makmur dengan segala keterbatasannya. Multiharapan pun kemudian mulai menggarap pasar potensial yang dimiliki Jakarta. Mereka mengedepankan kualitas barang dan juga menjaga stok barang. Hal ini dilakukan untuk menghindari larinya pemesan yang ternyata tidak bisa memperoleh barang yang diinginkannya hanya karena tidak ada stok.

Pada awal berdirinya, Multiharapan hanya mempunyai 10 macam barang (item), dengan jumlah persediaan sebanyak 10.000 buah (piece). Namun, seiring dengan berjalannya waktu, perusahaan ini pun makin disempurnakan. Bahkan setelah memiliki mesin cetak sendiri, hal itu makin memudahkan proses pembuatan barang. Didukung oleh empat orang desainer yang secara inovatif terus memunculkan ide-ide baru, Multiharapan sampai sekarang sudah memiliki 400 macam barang. Di antaranya, jam tangan, kalkulator, dan juga gift set yang berisi tujuh macam barang yang ditempatkan di dalam sebuah kotak eksklusif.

Ternyata keyakinan dua orang bersahabat ini tidak meleset. Pemesan corporate gift, baik perusahaan lokal maupun perusahaan multinasional, terus mengalir ke Multiharapan. Hingga kini Multiharapan telah memasok corporate gift ke Jakarta Stock Exchange (BEJ), ABN-Amro Bank, IBM, Satelindo, Indosat, dan Visa International. "Mereka ini termasuk pemesan yang rutin setiap tahunnya," ungkap Steve.

Komitmen kepada Pelanggan

Keberhasilan Multiharapan menggaet pelanggan dari kalangan perusahaan besar itu merupakan refleksi keberhasilan dua sahabat, Michael dan Steve. Kini mereka tidak hanya beroperasi di dalam negeri tetapi juga sudah merambah ke luar negeri. Satu tekad Multiharapan yaitu terus berupaya mendukung klien dalam memajukan usahanya. Karena itulah Multiharapan terus melakukan inovasi untuk mendapatkan desain barang yang makin menarik, kompetitif dalam harga, dan kualitas barang yang terjamin, serta tepat waktu dalam pengadaan. "Untuk itu, kami telah memiliki tiga buah armada delivery box," ungkap Steve.

Demi menjamin kesempurnaan barang yang dijadikan hadiah, Multiharapan pun memperketat pengecekan setiap barang. Contohnya, jam tangan, mereka datangkan langsung dari Hong Kong. Pemeriksaan dilakukan setiap lima buah. Barang-barang itu pun didatangkan satu per satu sehingga memungkinkan untuk mengadakan pengecekan yang serius. "Mungkin itulah yang membuat para pelanggan kami puas sehingga mereka kembali lagi memesan," ujar Steve.

Namun, Michael tidak 100% mendatangkan barang itu dari luar negeri. Hingga kini, proporsi antara barang luar dan barang lokal masih 50%:50%. "Untuk barang lokal, kami bekerja sama dengan para pengusaha kecil menengah di lingkup Jakarta," kata Steve. Barang-barang dari Hong Kong itu adalah hasil produksi perusahaan mereka juga. Untuk menjamin ketersediaan barang itu, Multiharapan kini memiliki gudang yang terletak di Cideng, Jakarta Pusat, di bawah pengawasan supervisor.

Dengan adanya persediaan yang cukup maka untuk pesanan sebanyak 200-500 buah tidak perlu lagi harus memesan barang lebih dahulu karena sudah ada stok. "Pemesanan dilakukan kalau harus memenuhi pesanan di atas 500 piece," ujar Steve.

Steve menggambarkan kedekatan antara Multiharapan dan para klien layaknya seorang sahabat. Tenaga pemasar yang mendekati kliennya juga lebih banyak berbincang dan menganggap mereka sebagai teman. Jadi, segala pesanan itu didiskusikan secara terbuka dan disesuaikan dengan kegiatan perusahaan. "Ini penting karena gift itu menyangkut image perusahaan," tandas Steve.

Multiharapan kini didukung oleh 20 orang tenaga pemasar yang andal. Berkat keandalan mereka itu pula maka pada saat puncak krisis, 1998, Multiharapan seakan melawan arus. Kalau saat itu kebanyakan perusahaan mengambil langkah merumahkan karyawan, Multiharapan justru terus merekrut tenaga pemasar baru. "Pokoknya, kita nggak pernah stop deh masalah recruitment," ujar Youngky F. Cader, group sales head Multiharapan. Bicara masalah persaingan, Multiharapan tidak pernah merasa punya pesaing di dalam

menjalankan bisnis ini. Mereka justru menganggap saingan terberat datang dari diri mereka sendiri.

Multiharapan juga mengklaim bahwa mereka bisa dijadikan sebagai ajang one-stop shopping karena, di samping memberikan konsultasi dalam menentukan jenis dan bentuk produk yang akan dipesan sesuai dengan anggaran yang dimiliki, mereka juga memberi pelayanan after sales service. Hal itu dimaksudkan apabila suatu hari ada kerusakan pada produk, konsumen bisa membawanya ke Multiharapan untuk direparasi karena semua produk yang dihasilkan memang bergaransi.

Harga produk terendah yang ditawarkan sebesar Rp1.000 berupa bolpoin plastik dan harga tertinggi sebesar Rp1.500.000 berupa gift set berisi tujuh macam barang. Produk itu, antara lain, jam tangan dan ikat pinggang, yang biasanya dipesan sebanyak 200 buah untuk para menteri dan gubernur seluruh Indonesia. Steve mengakui bahwa pada awal tahun, sekitar bulan Januari-Februari, bukanlah waktu yang ramai dengan pemesanan. Justru pertengahan hingga akhir tahunlah perusahaan beramai-ramai memesan corporate image product mereka. Bahkan bisa dibilang, pada saat- saat seperti itulah Multiharapan panen rezeki, biarpun ada juga pemesanan rutin per bulan hingga mencapai Rp300 juta.

Peluang masih Besar

Steve juga melihat bahwa pasar di Jakarta, bahkan di seluruh Indonesia, masih sangat luas. "Potensi pasar kita masih sangat besar," ungkapnya. Namun, hingga kini, Multiharapan masih memenuhi seluruh pesanan pelanggan dari Jakarta alias belum punya cabang. Jadi, untuk perusahaan di Jakarta, umumnya langsung dipesan oleh kantor pusat/cabangnya di Jakarta.

Meski pasar lokal masih luas, Multiharapan tampaknya tidak bertumpu di satu negara. Sejak tahun 2000 lalu, Multiharapan mulai melebarkan sayap usaha mereka ke Singapura dan Malaysia. Di negara tetangga ini mereka memiliki masing-masing satu kantor cabang. Namun, Steve mengakui bahwa hingga kini pasar lokal masih mendominasi pendapatan perusahaan. Perbandingan antara pendapatan dari pasar domestik dan di luar negeri masih 85%:15%.

Menurut pengakuan Steve, cabang di Singapura telah berhasil menggandeng sembilan perusahaan pelanggan. Ia menambahkan, ada perbedaan karakteristik yang jelas antara pasar lokal dan pasar luar negeri. "Di pasar lokal banyak pelanggannya tetapi jumlah pesanannya kecil-kecil, sedangkan kalau di Singapura pesanannya dalam partai besar, karena dari Singapura mereka kirim ke anak usahanya di Thailand atau seputar Asia-Pasifik hingga ke India," ungkapnya. Bahkan, tutur Steve, ada sebuah bank di Singapura yang memesan incentive gift yang dikirimkan ke Indonesia sebagai promosi besar-besaran mereka.

Masa-masa sulit telah dilalui. Kini bayang-bayang sukses sudah menghampiri Multiharapan. Dari hanya 14 orang karyawan pada awal berdirinya, kini jumlahnya sudah mencapai 200 orang. Sekarang mereka memiliki sebuah mesin pencetak empat warna, sementara kebanyakan perusahaan di Jakarta hanya memiliki mesin pencetak dua warna. Mesin dengan keunggulan demikian telah menciptakan efisiensi waktu karena pencetakan dapat dilakukan sekaligus, tanpa harus menunggu untuk pemberian warna

selanjutnya secara bertahap. Untuk mesin ini, Multiharapan menginvestasikan dana sekitar US$6.500. "Salah satu kunci keberhasilan kami adalah adanya kerja sama tim seluruh karyawan, mulai dari desainer, printing, produksi, hingga pemasaran," ujar Steve. Contohnya, lanjut dia, kalau ada pesanan masuk, mereka bisa bekerja tanpa henti selama tiga hari dua malam meskipun dengan shift.

Ada satu hal yang diterapkan di Multiharapan, yaitu proses pembelajaran. Steve yang sudah lama tinggal di Inggris sengaja dilarang untuk menggunakan bahasa Indonesia di kantor. Pokoknya, untuk berkomunikasi dengan Steve, harus memakai bahasa Inggris, termasuk satpam dan office boy. Pada awalnya memang kelihatan lucu. "Bayangkan, office boy dan satpam harus berbahasa Inggris. Tetapi lama-kelamaan jadi makin fasih juga," ungkap Steve.

Pendapatan tertinggi yang pernah diraup Multiharapan mencapai Rp2,5 miliar pada akhir tahun 1997. Dan sekarang, di tahun 2001, Multiharapan bertekad untuk terus maju, terus berinovasi memunculkan dan memproduksi incentive gift dengan ide dan bentuk yang baru.

Tidak ada komentar:

Google